Metode Kompos Takakura, Cara Mudah Mengolah Limbah Rumah Tangga Menjadi Kompos

Admin 14 Juli 2020 20:48:29 WIB

Metode Kompos Takakura dinamakan sesuai denngan nama penemunya, yaitu Koji Takakura. Metode Takakura ini pertama kali dikenalkan di kota Kitakyushu, Jepang, yang kemudian disebarluaskan ilmunya ke berbagai negara lainnya termasuk Indonesia. Metode Takakura di Indonesia pertama kali dikenalkan pada tahun 2004 di kota Surabaya. Dalam rentang waktu 5 tahun (2004-2009), metode ini berhasil menurunkan rata-rata jumlah sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Metode Kompos Takakura merupakan pemanfaatan dari fermentasi mikroorganisme yang didapatkan dari makanan local hasil fermentasi seperti tape.

 

Langkah-langkah dalam membuat kompos Takakura ini sangat mudah dan alat-alatnya mudah didapatkan. Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan adalah:

Sekop atau cangkul sebagai pengaduk

Keranjang berlubang

Sampah Rumah Tangga Organik, disarankan selain sampah organik hewani (susu, telur, daging, dsb.)

Starter Kompos (Mol)

Kompos yang sudah jadi

Bantalan sekam dua buah/bantalan dari serabut kelapa 

Air secukupnya

Kardus

Proses pembuatan:

Siapkan keranjang berlubang dengan ukuran yang sesuai kebutuhan. Lubang berguna untuk sirkulasi udara

Lapisi bagian dalam keranjang dengan lapisan kardus/kertas tebal. Hal ini berguna untuk menjaga material dalam keranjang tidak dapat keluar, serangga tidak dapat masuk, dan dapat menyerap kelebihan air.

Bantalan sekam diletakkan di dasar keranjang. Bantalan berfungsi untuk menyerap air, mengurangi bau, dan mengontrol udara agar mikroba dapat bekerja dengan baik.

Isi wadah dengan starter kompos sudah jadi setebal 5 cm. Kompos mengandung mikroba pengurai untuk memulai proses pengomposan

Masukkan limbah rumah tangga yang ingin dijadikan kompos. Sebelumnya, sampah dipotong terlebih dahulu sepanjang 2 cm agar lebih cepat terurai. Jika sampah terlalu basah, tambahkan sekam/kayu gergaji dan diaduk. Jika ingin memiliki kompos dengan bau jeruk dapat memasukkan kulit jeruk ke keranjang

Siram atau semprot dengan starter kompos (mol).

Tutup atasnya dengan bantalan sekam lagi dan tutup keranjangnya. Keranjang tidak harus terisi penuh. Lakukan rutin sampai keranjang penuh dengan mengulangi langkah. Simpan di tempat yang teduh. Fermentasi dilakukan selama 1-2 hari.

Untuk memastikan proses pengomposan berjalan, letakkan tangan 2 cm dari kompos. Bila terasa hangat, maka dipastikan proses pengomposan berjalan dengan baik. Jika tidak, dapat diberi sedikit percikan air untuk memicu mikroorganisme bekerja atau kompos terlalu kering.

Apabila keranjang sudah penuh, kira-kira 90% sudah terisi, ambil dua pertiganya. Pindahkan kompos tersebut kedalam karung, biarkan selama 2 minggu sebelum digunakan. Kompos yang dihasilkan kering tidak terdapat cairan.

Kompos takakura sudah terbentuk sempurna apabila teksturnya sudah seperti tanah, warna coklat kehitaman, tidak berbau.

Hasil kompos diangin2kan di atas karung plastik di tempat teduh sampai mongering. Jangan dijemur selama kurleb satu minggu.

Untuk menguji kualitas kompos larutkan dalam air bersih. Kompos yang baik akan tenggelam, apabila ada yang terapung berarti belum material tersebut belum menjadi kompos. Air akan tetap bersih, apabila air berubah warnanya jadi kecoklatan, artinya dalam kompos terdapat cairan hasil fermentasi anaerobik.

 

 

                my-dinningroo.blogspot.com

Manfaat kompos ini sangatlah berguna, yaitu seperti menambah kesuburan tanah, memperbaiki kualitas tanah, dan pemakaiannya pun aman bagi manusia dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

 

Nah seperti itulah Metode Kompos Takakura ini dibuat. Mudah bukan? Maka dari itu, yuk marilah kita mengolah limbah rumah tangga menjadi barang yang berguna!

 

Sumber:

https://alamtani.com/pupuk-kompos-takakura/

https://www.nexus3foundation.org/post/2010/11/23/yuk-kita-buat-kompos-dengan-takakura

https://paktanidigital.com/artikel/yuk-kenali-cara-pembuatan-kompos-takakura/#.Xwftcij7S02

https://www.youtube.com/watch?v=wpYnxRWQpVA&t

Kurniawan, T. A., de Oliveira, J. P., Premakumara, D. G., & Nagaishi, M. (2013). City-to-city level cooperation for generating urban co-benefits: the case of technological cooperation in the waste sector between Surabaya (Indonesia) and Kitakyushu (Japan). Journal of cleaner production, 58, 43-50.

Maeda, T. (2009). Reducing Waste through the Promotion of Composting and Active Involvement of Various Stakeholders: Replicating Surabaya’s Solid Waste Management Model. IGES Policy Brief. Hayama. Retrieved from http://pub.iges.or.jp/modules/envirolib/view.php?docid=2661

Nuzir, F. A., Hayashi, S., & Takakura, K. (2019). Takakura Composting Method (TCM) as an Appropriate Environmental Technology for Urban Waste Management. International Journal of Building, Urban, Interior and Landscape Technology (BUILT), 13, 67-82.

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung