Bahaya Polusi Sampah di Lautan

Aris. D 19 Agustus 2020 09:32:33 WIB

Lautan di Bumi mencakup luas 361 juta kilometer persegi, sekitar 71% permukaan Bumi. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki lautan wilayah lautan yang sangat luas. Menurut Rujukan Nasional Data Kewilayahan Republik Indonesia tahun 2018, Indonesia memiliki luas total perairan 6,4 juta kilometer persegi, sekitar 77% luas total Indonesia.

Laut yang begitu luasnya tentu perlu dijaga kelestariannya. Laut merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi umat manusia, terlebih untuk Indonesia dengan luas wilayah lautnya.

Berbagai Jenis Polusi Lautan

Seiring dengan berkembangnya peradaban, aktivitas manusia terus menimbulkan polusi terhadap Bumi. Banyak dari polusi yang kita hasilkan berakhir di lautan. Sudah sejak lama kita telah membuang berbagai macam limbah ke laut. Jumlah limbah yang terbuang ke laut terus meningkat tiap tahun, dan belum lama kita baru mencoba mempelajari efeknya terhadap lingkungan.

Polusi yang berakhir dan berpengaruh pada lautan dapat dibagi menjadi beberapa kategori.

 

 

Polusi Kimia

Polusi kimia yang sampai ke laut terdiri dari berbagai polutan, seperti pestisida, herbisida, deterjen, pupuk, berbagai jenis minyak, limbah kimia industri, dan air selokan.

Pupuk pertanian yang memiliki kandungan gizi banyak sering berakhir masuk ke aliran air yang sampai ke laut. Gizi-gizi berlebih tersebut dapat menimbulkan pertumbuhan alga yang berlebih yang justru dapat membahayakan kehidupan laut lainnya.

Pestisida yang mengalir sampai ke laut dapat diserap oleh berbagai macam ikan dan terus menaiki rantai makanan hingga sampai ke manusia. Bahkan, obat-obatan yang dikonsumsi manusia dapat sampai ke ekosistem air.

Polusi Cahaya dan Suara

Polusi cahaya dan suara bukan hanya masalah di daratan. Seiring berkembangnya jaman, cahaya dan suara buatan manusia telah mencapai segala jenis ekosistem.

Polusi-polusi tersebut mempengaruhi kehidupan makhluk perairan yang dekat dengan pemukiman. Siklus migrasi dan reproduksi dapat terganggu. Cahaya buatan dapat mengganggu keseimbangan rantai makanan, dimana beberapa jenis predator dapat dengan lebih mudah mendapatkan mangsa. Suara juga dapat mengganggu berbagai makhluk bawah laut yang bergantung pada suara untuk berburu, navigasi, dan berkomunikasi.

Polusi Plastik

Polusi plastik kian meningkat tiap tahunnya. Menurut sebuah studi oleh Pew Charitable Trusts dan SYSTEMIQ, polusi plastik yang sampai ke laut akan meningkat hampir tiga kali lipat pada 2040, mencapai 29 juta ton sampah.

Plastik merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan peradaban modern. Dalam sehari, kita dapat menghasilkan banyak sampah plastik dari berbagai kemasan berbagai produk yang kita konsumsi. Sampah-sampah plastik tersebut seringkali berakhir di lautan, baik secara sengaja maupun tidak.

Sampah plastik yang sampai ke lautan sangatlah berbahaya bagi kehidupan laut. Berbagai macam makhluk laut, seperti penyu, ikan, serta burung dan mamalia laut dapat mengira plastik sebagai makanan. Sering kita jumpai makhluk-makhluk laut yang terdampar dan mati di pantai, di mana kita temukan banyak plastik di perutnya.

Studi tentang mikroplastik menemukan bahwa partikel-partikel plastik yang sangat kecil sudah sangat banyak di lautan. Partikel-partikel tersebut dapat menyusupi rantai makanan dari level paling bawah.

 

 

Polusi Plastik di Indonesia

Menurut sebuah studi oleh Jambeck et al. (2015), Indonesia memiliki kontribusi sampah plastik ke lautan sebesar 10% total dunia, terbesar ke-dua di dunia setelah Cina dengan 28%. Padahal, produksi sampah plastik Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan banyak negara lain.

Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar ke-sebelas pada tahun 2010 dengan berat sampah 5 juta ton. Lebih sedikit dari beberapa negara seperti Jepang (8 juta ton), Brazil (11,8 juta), Jerman (14.48 Juta), serta Amerika Serikat (37.8 juta) dan Cina (59 juta).

Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia kalah jauh dalam manajemen sampah plastiknya. Negara-negara tersebut dengan produksi sampah yang jauh lebih banyak dari Indonesia juga memiliki manajemen sampah plastik yang jauh lebih baik.

Apa yang Dapat Kita Lakukan?

Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi sampah sebesar 30$ dan melakukan penanganan sampah dengan tepat hingga 70% total sampah pada tahun 2025, sesuai dengan Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017. Pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2018 yang memuat rencana aksi nasional untuk menanggulangi sampah laut yang melibatkan 16 kementrian, pemerintah lokal, sektor swasta, dan lembga swadaya masyarakat dengan total dana sebesar hampir 15 triliun.

Sebagai masyarakat biasa, kita dapat memulai dari kebiasaan hidup kita. Sektor industri dengan produksi sampah plastik terbesar adalah sektor kemasan (Geyer et al., 2017). Hal tersebut sangat berhubungan dengan gaya hidup.

Kita dapat melakukan banyak hal kecil dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi sampah plastik. Kurangilah penggunaan kantong plastik saat belanja. Buanglah sampah tidak hanya pada tempatnya, tetapi pilah sampah dengan baik untuk mendukung proses daur ulang. Mari kita bersama-sama menumbuhkan kesadaran atas pentingnya pelestarian lingkungan.

[Disusun oleh Sub Unit 3 Tim KKN UGM Tanjungsari 2020]

Referensi:

https://maritim.go.id/menko-maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-kelautan-indonesia/

https://kkp.go.id/artikel/7186-dokumen-komitmen-our-ocean-conference-2018

https://ourworldindata.org/plastic-pollution

https://www.nationalgeographic.com/environment/oceans/critical-issues-marine-pollution/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6132564/

https://www.nationalgeographic.com/science/2020/07/plastic-trash-in-seas-will-nearly-triple-by-2040-if-nothing-done/

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung